Yes
62:1-5 ; 1Kor 12:4-11 ; Yoh. 2:1-11
Dalam perikop Injil hari ini ada
tiga hal yang penting yang perlu kita renungkan lebih mendalam : Pertama,
Kehadiran
Yesus dalam perjamuan nikah itu menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh
menghargai perkawinan manusia. Perkawinan ini benar-benar dikehendaki oleh
Allah hubungan seks antara suami dan isteri sesuatu yang kudus bia dilakukan
dalam cinta. Kalau itu hanya dilakukan karena hawa nafsu menjadi keliru,
apalagi kalau dilakukan diluar nikah. Itu sumber segala malapetaka. Bagi suami
isteri mintalah rahmat kesetiaan. Sebab, Allah tidak pernah memerintahkan
sesuatu yang mustahil. Nyatanya cukup banyak suami isteri yang hidup setia
sampai mati.
Kedua,
Kehadiran Bunda Maria merupakan
bukti perhatiannya terhadap kebutuhan manusiawi, sekaligus mengungkapkan
perhatian Allah kepada manusia. Oleh karena itu doa-doa kita kepada Tuhan harus
disertai kepercayaan yang besar akan kebaikan dan perhatian-Nya :”BapaMu
mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” [Mat.6 :8].
Ketiga, Yesus mengabulkan permintaan Bunda-Nya walau
“waktu”-Nya belum tiba. Betapa besar pengaruh Bunda Maria! Karena Bunda Maria
dalah putri yang paling disayangi Bapa. Ia adalah “masterpiece” karya rahmat
Allah. Maka, Allah seringkali mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan melalui
Bunda Maria untuk menunjukkan betapa Ia berkenan kepada Bunda Maria. Maria
tidak mendesak atau memaksa Yesus. Ia bahkan tidak meminta, hanya memberitahu
situasi yang dialami : “Mereka kehabisan anggur!”. Maria tahu, dengan
menyampaikan situasi apa adanya, Yesus akan berbuat sesuatu. Dan itulah yang
terjadi.
Maria mengajarkan kepada kita
bahwa kita tidak perlu memaksa Tuhan. Tuhan pasti akan berbuat sesuatu. Kita
cukup menyampaikan situasi yang kita alami, seperti dilakukan Maria kepada
Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar