Rabu, 12 Oktober 2011

SEBUTIR NASI

NILAI LUHUR SEBUTIR NASI

Mari coba kita hitung berapa banyak nasi yang terbuang setiap hari: Jumlah penduduk indonesia +- 250,000,000 jiwa. Kalo 1 hari makan 3x makan dan sekali makan setiap orang buang 1 butir nasi, berarti setiap hari ada 3 butir nasi yang dibuang tiap orang. maka:

3 butir nasi x 250,000,000 = 750,000,000 butir nasi terbuang tiap hari.

 Ternyata setelah dihitung dalam 1 kg beras terdapat +- 50,000 butir nasi.
 maka:

750,000,000 : 50,000 = 15,000 kg (15 ton) beras dibuang tiap hari. jikalau 1 kg beras cukup utk makan 10 orang, maka 15,000 kg x 10 orang= 150,000 orang.

artinya beras yang terbuang tiap hari di indonesia, mampu untuk memberikan makan 150,000 orang. Kalo seluruh penduduk dunia berjumlah 6,5 milyar dengan tiap hari membuang 3 butir nasi, maka 1 hari nasi yang terbuang adalah 390,000 kg (390 ton) atau cukup untuk memberi makan 3,900,000 orang perhari.....

fantastik bukan..... ironisnya menurut data FAO PBB, setiap hari ada 40,000 orang mati kelaparan di dunia ini.

Oleh karena itu, ingatlah.... sebutir nasi tidak mudah tuk dihasilkan. Sebutir nasi, sejuta keringat seorang petani.

Jadi... jangan sia2kan sebutir nasi...


Apa ARTI sebuah PERNIKAHAN?


Pertama- tama, Pernikahan adalah sebuah persekutuan. Dimana dua hati menjadi satu.
Pernikahan adalah sebuah KEBERSAMAAN dan PERSAHABATAN.
Hidup bersama, bekerjasama, melakukan banyak hal bersama dan tak menginginkan yang lain.

Pernikahan artinya pengertian.
Ia buta terhadap kesalahan pasangannya.
Ia penuh pengertian atas setiap hal – atas waktu, perasaan dan keinginan pasangannya.

Pernikahan artinya perhatian. Ia sangat peduli. Ia bersedia meninggalkan caranya sendiri demi mempedulikan kepentingan pasangannya.
Pernikahan artinya kebajikan. Ia mengucapkan kata-kata yang baik dan menaruh kata-katanya ke dalam tindakan.

Pernikahan artinya dukungan.
Ia mendukung usaha-usaha pasangannya, projeknya, pada segala situasi dan kondisi.
Ia memberikan dukungan moril, fisik, doa, pokoknya dukungan yang seutuhnya…

Ia memberi semangat dan mengobarkannya ketika pasangannya patah semangat.
Ia membungkuk untuk mengangkat pasangannya. Ia menguatkan hati ketika pasangannya lemah.

Pernikahan artinya berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Ia bersedia membuka hati berbagi pemikiran terdalam dengan rendah hati.

Pernikahan artinya berbincang, berdoa, berdialog dan menyetujui bersama. Pernikahan tak membiarkan dinding apapun terbangun di antara mereka dengan mengabaikan pasangan, melainkan mencari solusi kreatif.

Pernikahan artinya pengorbanan.
Ia memberikan diri bagi orang yang anda cintai. Ada kesediaan untuk mengalah, melepaskan ide / keinginan pribadi demi membahagiakan pasangannya.
Menikah artinya siap menjalani mil kedua.
Pernikahan artinya belas kasihan. Ia lebih suka pasangannya berbahagia daripada berbahagia sendirian.

Pernikahan itu hubungan timbal balik – saling memberi dan menerima.
Dalam pernikahan ada giliran – saling bertanggung jawab, bukan hanya tanggung jawab sepihak.
Pernikahan artinya penundukan diri.
Ia memberikan kesempatan kepada pihak pasangan.
Menikah artinya satu sama lain saling belajar.

Pernikahan itu proses belajar membiarkan hal - hal kecil berlalu
Pernikahan artinya berpikiran terbuka… berjalan sejauh satu mil dalam sepatu pasangannya.
Pernikahan artinya saling mendengarkan dan mengerti.
Pernikahan artinya mau hadir untuk pasangan di saat-saat baik maupun buruk.
Pasangan menikah berdiri bersama dalam segala keadaan, rapuh ataupun kokoh, sepanas apapun ujian dan seberat apapun tantangannya.

Pernikahan itu harus ada rasa humor.
Bisa merasa rileks bersama,
Bisa saling menikmati…
Pernikahan merupakan perjalanan penjelajahan. Saling menemukan dan belajar tentang keunikan yang dilakukan dan dikatakan pasangannya.

Pernikahan artinya saling menghormati.
Dalam pernikahan pasangan belajar saling mempercayai.
Pernikahan artinya saling menerima pasangannya apa adanya.
Pernikahan membawa orang pada kesadaran bahwa ia tak bisa lengkap tanpa pasangannya.

pernikahan dapat menjadi pengalaman yang paling menguatkan dan memuaskan anda!

Senin, 10 Oktober 2011

Antara B dan D

Konon.........
Hidup itu.... berawal dari "B" dan berakhir di "D"
Birth (lahir) dan Death (mati)
Tapi di antara huruf 'B' dan 'D' ada 'C'
Yaitu (Choice) (pilihan)

Hidup selalu menawarkan pilihan.....

tersenyum atau marah...
memaafkan atau membalas...
mencintai atau membenci...
bersyukur atau mengeluh...
berharap atau putus asa...
dan masih banyak pilihan...
dan memang HIDUP ITU PILIHAN......

Kita memiliki kapasitas untuk memilih hendak menjadi apa dan bagaimana. Dalam setiap pilihan-pilihan tersebut kita memposisikan diri kita sebagai manusia yang bebas, merdeka dengan pilihan, dan siap sedia menanggung apapun risiko yang hendak dihadapi.


Semua pilihan ada konsekuensinya
Tak ada pilihan tanpa konsekuensi 
Namun Tuhan selalu memberi yang terbaik.
Rencana kita boleh indah, tapi rencana Tuhan-lah yang terindah.
Hidup kita mungkin baik-baik saja, tapi hidup bersama-Nya pasti lebih Indah..
Pekerjaan kita mungkin menjanjikan, tetapi berkat-Nyalah yg menjadikan kaya
kekuatan tangan kita mungkin bisa menjadikan kita orang hebat, tapi hanya bersama Tuhan kita menjadi luar biasa......
sebab Tuhan bukan hanya mencukupi apa yang kita perlukan, tapi Ia memberi dengan berkelimpahan.

SYARAT DAN CARA MENYAMBUT KOMUNI

  • Kebiasaan Gereja sejak dahulu kala menunjukkan bahwa setiap orang harus memeriksa batinnya dengan mendalam, dan bahwa setiap orang yang sadar telah melakukan dosa berat tidak boleh menyambut  Tubuh Tuhan kalau tidak terlebih dahulu menerima Sakramen Tobat, keculai jika ada alasan berat dan tidak tersedia kemungkinan untuk mengaku dosa; dalam hal ini ia harus ingat bahwa ia harus membuat doa tobat sempurna, dan dalam doa ini dengan sendirinya tercantum maksud untuk mengaku dosa secepat mungkin. [RS 81]      

  • Pasti amat baik apabila semua yang mengambil bagian dalam perayaan Misa Kudus –dengan disposisi yang perlu- menyambut komuni. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa umat beriman mendekati altar seperti suatu rombongan tanpa keyakinan pribadi. Adalah kewajiban para Pastor untuk dengan bijaksana namun dengan tegas juga memperbaiki penyelewengan yang demikian. [RS 83] 

  • Selain itu, bila Misa dirayakan untuk suatu himpunan besar, misalnya di kota-kota besar, harus diperhatikan jangan-jangan –karena tidak tahu- ada orang yang bukan Katolik atau malah bukan Kristen, maju ke depan untuk menyambut komuni suci, tanpa mengindahkan ajaran dan peraturan Gereja. Para Pastor wajib untuk pada saat yang tepat memberitahukan kepada para hadirin tentang kekhasan peraturan yang harus ditaati. [RS 84]           

  • Pelayan-pelayan Katolik diizinkan menerimakan Sakramen-sakramen hanya kepada orang Katolik. Dan orang Katolik hanya diizinkan menerimanya dari pelayan Katolik. [RS 85] 

  • Ketika menyambut komuni, umat hendaknya berlutut atau berdiri, sesuai dengan  apa yang ditetapkan oleh Konferensi Uskup, yang keputusannya diberi recognitio oleh Takhta Apostolik. Tetapi jika komuni disambut sambil berdiri, maka hendaklah umat memberi suatu tanda hormat sebelum menyambut Sakramen, seturut ketetapan yang sama. [RS 90]   

  • Perlu diingat bahwa dalam membagi Komuni, para pelayan rohani tidak boleh menolak pelayanan sakramen kepada orang yang memintanya secara wajar, berdisposisi baik, serta tidak tehalang oleh hukum untuk menerimanya. Oleh karena itu, setiap orang Katolik yang tidak terhalang oleh hukum, harus diperbolehkan menyambut komuni. Maka tidak dapat dibenatrkan jika komuni ditolak kepada siapa pun diantara umat beriman hanya berdasarkan fakta misalnya bahwa orang yang bersangkutan mau menyambut komuni sambil berlutut atau sambil berdiri. [RS 91]

  • Walaupun tiap orang tetap selalu berhak menyambut komuni dengan lidah jika ia menginginkan demikian, namun kalau ada orang yang ingin menyambut komuni di tangan, di wilayah-wilayah di mana Konferensi Uskup setempat, dengan recognitio oleh Takhta Apostolik yang telah mengizinkannnya, maka hosti harus diberikan kepadanya. Akan tetapi harus diperhatikan baik-baik agar hosti dimakan oleh si penerima pada saat masih berada di hadapan petugas komuni; sebab orang tidak boleh menjauhkan diri sambil membawa Roti Ekaristi di tangan. Jika ada bahaya profanisasi, maka hendaknya komuni suci tidak diberikan di tangan. [RS 92]

  • Umat tidak diizinkan mengambil sendiri –apalagi meneruskan kepada orang lain- Hosti kudus atau Piala kudus. Dalam konteks ini harus ditinggalkan juga penyimpangan di mana kedua mempelai saling menerimakan  komuni dalam Misa Perkawinan. [RS 94]     

  • Anggota umat awam yang sudah menerima Ekaristi Mahakudus, boleh menerimanya lagi pada hari yang sama, namun hanya dalam perayaan ekaristi yang dihadirinya sambil memperhatikan ketetapan kanon 921§  2. [RS 95]           

  • Haruslah ditiadakan kebiasaan sebelum Misa Kudus atau sementara Misa berlangsung, membagi-bagi hosti yang belum dikonseklir atau bahan lain yang bisa atau tidak bisa dimakan, menurut tata cara komuni, karena ini berlawanan dengan ketetapan-ketetapan dalam buku-buku litrurgi. Kebiasaan yang demikian sama sekali tidak sesuai dengan  tradisi Ritus Romawi, dan membawa serta bahaya yakni membingungkan uimat beriman tentang ajaran Gereja mengenai Ekaristi. [RS 96]     


MEMASUKI GEREJA DENGAN BAIK


Bagaimana  dan apa saja yang harus kita lakukan pada saat memasuki gereja ?
1.    BERSIKAP RAMAH – Kita datang ke gereja untuk berjemaat, untuk mengungkapkan, membangun dan membarui persekutuan kita.  maka kita perlu bersikap ramah kepada sesama anggota jemaat yang kita jumpai di dalam gereja, terutama kepada para penyambut jemaat. Keramahan itu membuat orang merasa bersahabat, bersekutu, bersaudara. 

2.    BERSIKAP KHIDMAT – Saat memasuki gereja, kita perlu sadar bahwa kita sedang memasuki rumah Tuhan, kediaman Allah yang mahamulia. Maka sikap yang baik adalah sikap khidmat.

3.    MENGAMBIL AIR SUCI DAN MEMBUAT TANDA SALIB. Tindakan ini mengandung makna :
·         Mengenang Sakramen Baptis yang pernah kita terima
·         Menyucikan diri (badan, pikiran, hati) sebelum berliturgi, agar kita layak merayakan peristiwa keselamatan.

4.    BERLUTUT ATAU MEMBUNGKUK DENGAN KHIDMAT – artinya : tidak sambil lalu atau sambil lari atau terburu-buru. Kita  berlutut membungkuk kearah altar.
·          Berlutut adalah tanda sembah sujud. Kita berlutut kalau di dalam gereja ada tabernakel dan di dalamnya ada Sakramen Mahakudus. Cara berlutut yang baik adalah lutut kanan diturunkan sampai menyentuh lantai. Tata berlutut ini hendaknya dilaksanakan dengan irama lambat untuk mengungkapkan hormat yang mendalam.
·         Membungkuk khidmat – Tata gerak ini adalah tanda penghormatan, kita lakukan dengan membungkukkan badan , bukan hanya menundukkan kepala.

5.    MENCARI TEMPAT DUDUK DENGAN TENANG ; kalau melewati saudara seiman yang sudah duduk, kita permisi dan tersenyum dengan ramah. Kalau ia sedang khusuk berdoa, hendaknya kita tidak sampai menimbulkan gangguan.

6.    DUDUK DENGAN TENANG, lalu berdoa pribadi atau menyiapkan diri utuk perayaan, misalnya membaca lembar panduan misa dan menyiapkan nyanyian yang disarankan dalam panduan.
 
Catatan :
Harus kita hindari mengobrol tentang macam-macam hal selama  menungggu ibadat dimulai. Hal ini merugikan diri kita sendiri, karena kita tidak sungguh siap memasuki ibadat ; juga merugikan orang lain yang serius berdoa dan mempersiapkan diri ; mereka akan terganggu, menjadi kesal dan tidak khusuk lagi.

KONFLIK SUAMI ISTRI



  1. Suami – istri
Suami – istri adalah dua pribadi manusia dengan jenis kelamin berbeda, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bersepakat dan berjanji untuk hidup bersama di dalam mengisi hidupnya. Inilah yang kita sebut dengan perkawinan.
Perbedaan jenis kelamin dan keunikan masing-masing pribadi di dalam pekawinan itu berdampak luas. Mereka tidak saja berbeda secara fisik, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, tetapi mereka juga berbeda secara kejiwaan. Perbedaan ini pula yang membuat cara berpikir, cara melihat dan cara memandang dari laki-laki dan perempuan tidak sama. Perbedaan – perbedaan inilah yang memicu konflik.
Di samping jenis kelamin, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi cara pandang dan sikap kita berbeda, seperti: perpindahan tempat tinggal, pengalaman, perasaan. Tempat tinggal di gunung, di pesisir pantai, di kota atau desa; perasaan senang, sedih, bahagia dan susah, sangat mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan bertindak seseorang. Maka sulit sekali untuk menghindari apa yang namanya konflik.

  1. Konflik
Konflik suami – isteri bermacam-macam ragam dan bentuknya.Secara sederhana dapat dibagikan dalam ....: 1. Berkaitan dengan anak 2. Berkaitan dengan mertua 3. Beekaitan dengan saudara 4. Kesetiaan 5. Pendidikan 6. Budaya 7. Keyakinan, dll.
2.1. Berkaitan dengan anak
2.1.1.Sebelum ada anak
Sebelum suami – istri dianugerahi anak biasanya ditemukan konflik-konflik berikut ini:
2.1.1.1..Penyesuaian diri: Inilah saat-saat pasangan saling menyesuaikan diri dengan pasangan yang barangkali memiliki karakter: marah, mudah tersinggung, pendiam, cerewet, suka menuntut..Pasangan Anda ternyata seorang yang cepat sekali marah yang mungkin pada masa perkenalan sebelum pernikahan hal tersebut tidak begitu tampak. Anda harus berjuang untuk memahami dan menerima dia. Hal yang sama berlaku dengan pasangan yang mudah sekali tersinggung, Anda berusaha untuk tidak membuat hatinya luka. Kata-kata harus dipoles, emosi harus ditekan agar tidak membuat pasangan Anda cepat tersinggung.Mungkin Anda mendapat seorang pasangan hidup yang pendiam atau cerewet sekali. Dia pendiam atau cerewet sekarang toh dia adalah pasangan hidupmu. Anda diharapkan untuk bisa mengerti, menerima dia.Anda mungkin juga mendapat pasangan yang suka menuntut,mau supaya semua beres dan suka minta ini dan itu, keinginannya tidak berbatas. Perbedaan karakter membuka peluang konflik.
2.1.1.2.Konflik budaya: terus terang/terbuka – tidak perlu orang lain tahu.
2.1.1.3.Situasi: tidak lagi di rumah sendiri
2.1.1.4.Pola hidup: royal-pelit
2.1.1.5.Kesukaan pasangan: selera makan: nasi goreng – sambal, pedas, pakain dan warnanya, merokok, dll
2.1.1.6.Penyesuaian diri dengan keluarga pasangan: kumpul-kumpul
2.1.1.7.Konflik pekerjaan: belum mantap, gaji kecil
2.1.1.8.Konflik tanggungjawab: mengurus dua orang bukan diri sendiri saja.
2.1.1.9.Konflik menyangkut keturunan: sudah lama menikah tetapi belum dikarunia anak. Bisa jatuh dalam menuduh yang lain sebagai biangnya.

2.1.2.Saat istri hamil
Suami istri harap-harap cemas menantikan kelahiran putera mereka. Keduanya dengan cara sendiri-sendiri mempersiapkan diri menyambut kedatangan anak mereka. Sang istri mulai memikirkan dan mempersiapkan pakaian bayi sementara suami pelan-pelan menabung. Ada juga yang mulai memikirkan nama anak mereka nanti.
Disamping bergembira karena adanya calon bayi bisa juga muncul konflik di sini:
·         Soal jenis kelamin anak: suami/istrimenghendaki jenis kelamin tertentu
·         Soal nama anak
·         Soal keuangan, bertambahnya kebutuhan rumah tangga
·         Soal suami yang sering keluar rumah, sementara istri saat hamil merindukan dekatnya sang suami, dll.

2.1.3.Sesudah mempunyai anak
·         Anak usia 0-3 tahun: konflik di sini menyangkut kebutuhan anak, keinginan anak, ulah anak. Ada suami istri yang bertengkar hebat malah sampai tidak saling sapa selama satu – dua minggu tegal anak yang menangis tengah malam. Salah satu dari antara mereka masa bodoh dan tidak menghiraukan anak atau tidak mau bangun mengurusi anaknya.
Pada masa ini muncul pula konflik karena merasa kurang diperhatikan oleh pasangan. Ada kecemburuan pada anak. Suami/istri tidak lagi memperhatikan kebutuhan pasangannya tetapi perhatian seluruhnya ditunjukkan kepada sang anak. Contoh: karena sibuk mengurusi anaknya, atau istri lupa menyiapkan kopi buat suaminya sebelum barangkat kerja, sang istri lupa menyiapkan handuk/odol/sabun di kamar mandi buat suaminya. Atau suami karena sayang pada anaknya, tidak membeli barang yang menjadi kesukaan istrinya di rumah. Dari hal-hal kecil seperti yang bisa terjadi pertengkaran besar.
·         Anak usia 3 -12 tahun: Konflik berkenaan dengan pilihan sekolah, siapa yang mengantar dan bagaimana, konflik berkaitan dengan hobby anak, jam tidur anak, uang jajan, nilai ulangan/ujian anak di sekolah, dll.
·         Anak usia 13-15 th: Anak menginjak masa pubertas. Konflik yang muncul di sini menyangkut dunia pergaulan anak, anak yang mulai membantah orang tua, menyangkut kebutuhan anak yang membengkak, dll.
·         Anak usia 16-18 th: Konflik berkaitan pilihan sekolah, anak yang sering di luar rumah, masalah pacaran, dll.
·         Anak usia 18 th ke atas: Konflik perkuliahan, pilihan pasangan hidup, pekerjaan anak, dll.
·         Setelah anak menikah: Konflik menyangkut tempat tinggal anak, sikap anak dan menantu, kemandirian anak, merasa ditinggalkan anak.

2.3.Berkaitan dengan Mertua
2.4.Berkaitan dengan saudara
2.5.Berkaitan dengan Kesetiaan: Pil –wil, hubungan seks
2.6. Pendidikan: tinggi rendah
2.7.Budaya: Harga diri
2.8.Keyakinan:

  1. Ucapan –ucapan yang menyakitkan yang sering kali menyulut konflik.

 Cristy Lane, Dr .Laura Ann Stevens, menulis di dalam buku mereka berjudul: How to save your trobled Marriage, menganjurkan beberapa hal bagaimana mengatasi masalah-masalah seputar perkawinan. Pada halaman  106-118, mereka menyebutkan sejumlah kata yang menyulut konflik suami isteri

“Gembrot macam kamu….”, kamu memang tidak pernah suka sama orangtuaku, saya masih ingat pada waktu ...., betapa kasarnya kamu terhadap ibuku” … “Dasar ibunya cerewet, tukang ngeluh, kamu juga gitu…”. Aku tidak butuh mendengarkan omonganmu…”, dasar laki-laki/perempuan, kamu tidak jantan, kamu kurang feminim,  pemalas, pengangguran, bajingan, kumuh:…. kamu tidak jujur, penipu, pembohong, “dasar orang Flores/Jawa/Batak/Madura/Cina, dll.

  1. Konflik suami-istri dalam KS: Iskak - Ribka ( Kej 27:1-40)
Kita temukan di sini tipe orang tua yang mempunyai kasih berbeda terhadap kedua anaknya. Iskak mencintai Esau dan Ribka mencintai Yakub. Kita jumpai di sini sejumlah konflik: konflik kepentingan / kebutuhan, konflik kesenangan / hobby, konflik pilih kasih dari kedua orang tua: Isak senang kepada Esau karena ia sering membawa daging buruan yang menjadi kesukaannya sementara Ribka menyayangi Yakub karena sering di rumah. Ayah mengasihi Esau di samping karena kesenangannya juga karena Esau adalah anak sulun, sebagaimanan anak sulung (laki-laki ) di dalam budaya kita memiliki sejumlah privilese. Ribka mengasihi Yakub selain karena ia sering di rumah membantu ibu tetapi juga karena anak bungsu. Pilih kasih orang tua memecahbelah anak-anak dan menciptakan konflik di antara mereka. Anak-anak bisa lupa akan hak dan kewajiban karena pebedaan kasih sayang kedua orangtua.

  1. Konflik itu sesuatu yang normal
Konflik atau perselisihan di dalam perkawinan itu tidak bisa dihindari. Di dalam sebuah perkawinan yang kelihatan sangat baik sekali pun, di situ tetap ada konflik. Tidak bisa tidak. Kembali kita ingat bahwa perkawinan itu dibangun oleh dua pribadi manusia yang berlainan jenis, pria dan perempuan. Pasti masing-masingnya mempunyai kelebihan dan kekurangannya, mempunyai kecenderungan-kecenderungan diri tertentu. Kalau Anda yakin bahwa tidak akan pernah ada perselisihan di dalam perkawinan Anda, Anda sedang menempatkan diri Anda sendiri di dalam ketidakpuasan.
Walaupun konflik itu tidak dapat dihindari, perselisihan itu juga dirindukan. Perkawinan yang sama selaki stabil, sangat membosankan. “Perkawinan yang kurang perselisihan pendapat terbuka biasanya berarti satu dari dua hal ini:
a.       Pasutri tidak lagi cukup saling peduli satu sama lain, meskipun ada silang pendapat; secara emosional keduanya telah terpisah.
b.      Mereka tidak mengungkapkan perbedaan secara terbuka, namun bertengkar secara diam-diam” Ibid 122)

Perkawinan bahagia tidak tergantung dari tidak adanya konflik, perselisihan, perbedaan pendapat, salah paham. Perkawinan bahagia tergantung pada kemampuan merembug, membicarakan, menyelesaikan konflik. Studi terbaru menunjukkan bahwa baik perkawinan yang bahagia maupun perkawinan yang menderita, keduanya memiliki jumlah dan macam problema yang sama. Ternyata yang menentukan kepuasan perkawinan itu bukan kecocokan satu sama lain, tetapi bagaimana pasangan tersebut mengatasi ketidaksesuaian tersebut.

  1. Aturan main cekcok yang sehat

Cristy Lane lebih lanjut mengemukakan aturan main cekcok yang sehat:
  1. Bertengkar hanya boleh dilakukan setelah ada perjanjian lebih dahulu: tentukan bersama tempat dan waktu. Tidak diperbolehkan secara tiba-tiba mengejutkan.
  2. Setiap orang berkata “tidak” dan “ya” untuk mengimbangi, untuk minta informasi atau waktu lebih lama.
  3. Singkirkan semua cara yang menyakitkan
  4. Jangan beri peluang pada amarah. Apalagi anda menjadi marah, berhentilah dan lanjutkan lain waktu.
  5. Tentukan aturan dasar anda sendiri. Berikut ini yang orang lain buat: tidak bertengkar sewaktu mabuk; tidak bertengkar di depan anak-anak; tidak bertengkar dalam keadaan TV masih hidup; tidak pakai sumpah-sumpahan atau sumpah serapah; tidak bertengkar dalam keadaan letih atau lapar.
  6. Terus menerus jadilah pendengar untuk yang baik
  7. Bicarakan hanya satu masalah untuk satu kali
  8. Harus ada dua pemenang. Jangan pernah ada pemenang tunggal di dalam pertengkaran yang jujur dan akrab.

SEPULUH CARA UNTUK MENGATASI KONFLIK
  1. Jangan mendiamkan suami atau istri anda
  2. Jangan menimbun perasaan atau emosi anda
  3. Jika memungkinkan, siapkan setting (yaitu suasana, tempat, dan waktu) untuk menyatakan ketidaksepakatan anda
  4. Seranglah masalahnya, jangan orangnya
  5. Jangan “melemparkan perasaan-perasaan anda” kepada suami atau istri anda
  6. Jangan lari dari pokok pembicaraan anda
  7. Sediakanlah jalan pemecahan bagi setiap kritikan yang anda lontarkan
  8. Janganlah mengatakan, “ anda tidak pernah…”
  9. Jangan menggunakan kritikan sebagai lelucon
  10. Apabila anda salah, akuilah; apabila benar, diamlah