Sabtu, 06 Agustus 2011

MENIKAH, SIAPA TAKUT ? Pria Enggan Menikah ?


 Beberapa waktu lalu seorang teman wanita  - sebut saja Desi- mengirim pesan singkat dan email sambil  menceritakan kekesalannya pada sang kekasih karena selalu mengelak ketika diajak membicarakan pernikahan. Padahal –menurut Desi-  mereka sudah  lama berpacaran  bahkan telah memasuki tahun kelima. Bagi Desi –dan  saya kira perempuan pada umumnya- hubungan dengan orang tercinta akan semakin kuat jika terikat pada suatu lembaga perkawinan. Maka tidak heran jika wanita mempertayakan kepastian pernikahan pada pasangannya.
Lain Desi lain  Wisnu. Wisnu adalah sahabat dan teman dekat ketika kuliah. Persahabatan kami bukan hanya di bangku kuliah, tapi masih berjalan hingga sekarang. Dalam suatu kesempatan perjalanan ke luar kota, kami sempat omong banyak tentang pernikahan. Dia menceritakan rencana pernikahannya yang akan digelar akhir bulan Juni ini.  Saya pun diundang untuk bisa hadir bersama keluarga. Saya senang ketika mendengar berita baik ini. Pasalnya , beberapa tahun lalu, saya mendengar kabar bahwa Wisnu akan  segera mengakhiri masa lajangnya. Tapi  belum juga terjadi. Ketika saya mencoba  menanyakan mengapa ia  menunda pernikahannya, banyak alasan yang disampaikannya.
Saya pun pernah ragu ketika pasangan saya dan juga seluruh anggota keluarganya menanyakan waktu pernikahan.  “Ded, kapan kalian menikah ? Tunggu apa lagi?” Pertanyaan , lebih-lebih tentang  waktu pernikahan adalah pertanyaan  sensitif  bagi  saya – dan saya kira juga bagi kebanyakan pria.
Ada apa sebenarnya dengan para pria ? Ketika diajak membicarakan pernikahan , mereka selalu mengulur waktu, mengalihkan topik pembicaraan, bahkan ada yang mundur begitu saja ? Memang sih tidak semua pria. Tapi seandainya anda mengalami hal demikian, apa yang anda lakukan ? Apakah langsung meninggalkan pasangan anda begitu saja, dan mencari penggantinya ? Ah tentu saja tidak. Membangun hubungan yang baru juga tidak mudah. Apalagi jika anda sudah cinta mati. Betul enggak ??
Dari pengalaman dan beberapa syaring bersama teman pria, ada beberapa alasan mengapa pria seperti itu . Pertama, kesiapan finansial adalah alasan yang sering terdengar dan paling masuk akal. Pria seringkali kurang percaya diri untuk membiayai kehidupannya, juga kehidupan anak dan istrinya kelak.  Jangankan untuk membiayai anak dan isteri, untuk membiayai hidup sendiri pun belum mapan. Kondisi finansial yang belum mapan membuat para pria takut tidak mampu membahagiakan isteri dan anaknya secara materi.
Lantas bagaimana ? John Gray,PhD mengatakan bahwa salah satu kebutuhan primer seorang pria adalah kepercayaan. Maka, bangkitkanlah kepercayaan dirinya. Yakinkan pasangan anda     ( si  pria) bahwa masalah finansial memang menjadi salah satu yang mendasar dalam sebuah keluarga, tapi itu bukan tanggungjawab penuh dan harus dipikul sendiri oleh pria. Masalah finansial dapat ditangggung bersama.  Pengalaman membuktikan , bahwa banyak pasangan mengalami mukjizat pernikahan. Penghasilan  yang pas-pasan untuk hidup seorang diri, ternyata cukup untuk hidup dengan satu isteri dan dua anak. Bahkan masih bisa disisihkan untuk menabung. Kok bisa ? Tentu saja bisa terjadi kalau ada rasa syukur dalam keluarga.  “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. (Fil 4:6)
Kedua, kebanyakan pria beranggapan bahwa menikah berarti membatasi pergaulannya dengan teman-temannya. Tidak dapat berlaku bebas seperti saat melajang.  Umumnya pria berpikir tidak pandai membagi waktu antara keluarga dan teman-teman.
Lantas bagaimana ? John Gray mengibaratkan pria seperti karet gelang. Selain keintiman, pria membutuhkan kebebasan atau otonomi juga. Maka, yakinkan pasangan anda ( si pria)  bahwa pernikahan tidak merubah segalanya. Sekalipun sudah menikah, dia boleh tetap  memiliki pergaulan, yang penting keluarga tetap menjadi prioritasnya.
Ketiga, perasaan cemas jika setelah menikah akan jatuh cinta pada wanita lain. Pria sangat menjunjung tinggi kehidupan cintanya. Maka kecemasan itu selalu ada. Bahkan takut jika hubungan percintaannya tidak seindah masa pacaran.
Lantas bagaimana ? Pada dasarnya manusia dapat mengatasi kesulitannya. Namun , terkadang ada beban tambahan berupa penyesalan masa silam dan kecemasan masa depan. Rasa cemas menunjukkan keadaan tidak tentramnya hati karena khawatir terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti. Rasa cemas  dapat mengganggu ketenangan hidup.
Mengapa merusak saat sekarang ini dengan kegelisahan dan kecemasan ? Hari ini telah kamu dapatkan. Hari kemarin telah berlalu, dan hari esok masih fantasi. Sembilan puluh persen hal-hal yang kita khawatirkan tak pernah terjadi. Silahkan kita membuat rencana untuk masa depan , tetapi kita bisa belajar untuk melakukan itu tanpa kegelisahan yang tak perlu.
Kalau pernikahan dilandasi rasa saling mencintai mengapa takut pindah ke lain hati? Banyak pasangan – pasangan yang  hidup pernikahannya bisa langgeng dan bahagia. Bandingkan dengan pengalaman keluarga anda. Yakinkan bahwa pernikahan bukan akhir dari kebahagiaan, tetapi awal untuk memulai kehidupan yang lebih membahagiakan.
Keempat, trauma pada kegagalan rumah tangga orang tua, saudara atau teman dekat bisa juga menjadi alasan mengapa pria enggan menikah dan membina rumah tangga. Kegagalan menjadi hal yang menakutkan.
Lantas bagaimana ? Selain butuh kepercayaan, Pria membutuhkan juga dorongan. Sikap wanita yang memberikan dukungan dan dorongan akan memberi harapan dan keberaniaan pada pria. Kalau sikap wanita menyatakan rasa percaya, penerimaan, apresiasi, kekaguman dan pengakuan, niscaya pria akan berusaha menjadi yang terbaik.
 Jalan hidup setiap orang berbeda.  Seorang anak, tidak berarti akan bernasib sama dengan orang tuanya atau saudaranya. Yakinkan pasangan anda ( si pria) bahwa hal penting dalam perkawinan adalah meramu  dan mengerjakan bersama-sama masa depannya. Suami isterilah yang membina dan meramu masa depannya sendiri. Rumah tangga adalah ibarat sebuah perahu yang sedang berlayar. Dua insan masing-masing memegang pendayung. Kalau irama dayung tidak serasi, maka perahu akan berputar-putar di tempat dan tidak akan mencapai tujuan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar