Selasa, 04 Oktober 2011

MARIA MODEL KEPASRAHAN HIDUP




Sebagai manusia, Maria tentu saja pernah lahir, hidup, berkembang, dan akhirnya meninggal. Proses kehidupan di dunia dialami dan dijalaninya seperti umumnya manusia biasa. Ia pernah menjadi anak-anak,  berpikir dan bertindak seperti anak-anak ;mengalami masa remaja, memilih, menilai, dan memutuskan berbagai hal mengenai hidupnya. Dan akhirnya menjadi dewasa, berjuang dan menghidupi pilihan hidupnya.
            Sepintas tidak ada yang istimewa dalam kehidupan Maria. Ia seorang perempuan. Bertunangan dan menikah dengan seorang laki-laki. Ia membina hidup berkeluarga dan melahirkan seorang anak. Ia seorang ibu. Ia bergaul dengan saudara-saudarinya. Hidup bertetangga seperti biasa. Seorang yang biasa, mungkin juga tidak terlalu terkenal karena tidak punya jabatan tinggi, dan tidak kaya namun  juga tidak berkekurangan.
            Hanya satu yang membedakan dia dari orang pada umumnya. Bukan terutama karena ia pernah melahirkan Yesus,menyusuiNya, mengasuhNya atau sejenisnya (Luk 11:27-28). Ia menjalani semua yang biasa  dan sederhana itu dengan cara yang luar biasa dan tidak sederhana. Ia menjalaninya sebagai ungkapan nyata dari imannnya. Sekali ia berkata YA kepada kehendak Allah, ia berjuang untuk tetap setia sampai akhir hidupnya. Yang diucapkan dengan mulut, diyakini dalam hati dan diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata.
            Dengan  ucapan “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah kehendakMu pada diriku”, Maria mau berpasrah kepada Tuhan. Dengan spiritualitas fiat nya ini,  dalam peristiwa-peristiwa hidupnya,  tampak kesediaan Maria untuk menerima, memelihara, dan memberikan apa yang telah diterima-Nya dari Allah. Menerima, memelihara dan meneruskan rahmat Allah itulah tiga unsur yang menopang spiritualitas fiat-nya. Dalam spiritualitas itu, termaktub tiga keutamaan dasar Kristiani : iman , harapan , dan cinta. Menerima janji dan panggilan Allah adalah iman. Memelihara dengan setia janji itu dalam hidupnya adalah harapan. Dan , meneruskan atau memberikan buah dari janji itu kepada sesama adalah cinta. 


Model Kepasrahan Hidup
Ø  Kepasrahan Parsial
 e         Kepasrahan parsial tampak dalam diri orang yang pasrah tetapi tidak penuh. Dalam hidupnya, orang ini sudah berpasrah tapi tidak total. Ia kurang berpasrah karena ragu-ragu dengan orang lain, tidak percaya pada kemampuannya. Misalnya, seseorang dengan berpakaian butut berpergian dengan travel. Di tengah jalan mobil mogok. Sopir sudah berusaha mengatasinya tetapi nihil. Orang tersebut mau bantu. Tapi karena pakaiannya butut, orang menertawakannya. Penumpang yang lain tidak percaya. Apa yang terjadi ? mobil itu dapat berjalan dan sampai tempat tujuan.
Kepasrahan parsial juga dapat timbul dari faktor orang lain. Misalnya, ketika seseorang  tidak yakin dengan dokter dan menanggapinya dengan setengah hati, obat dari dokter itu pun tidak dapat menyembuhkannya.
Bangsa Israel pun menerima Allah dengan parsial. Allah yang begitu baik, Allah yang begitu mencintai tetap ditolak oleh bangsa Israel. Atau ketika Yesus  berkotbah dengan baik mereka berkata , “Bukankah Dia itu anak Maria, dan Yusuf si tukang kayu?” (Mrk 6:3).


Ø  Kepasrahan Temporal

 Dalam hidup ini sering terjadi kita berpasrah tetapi hanya temporal (hangat-hangat tahi ayam). Misalnya ketika anak-anak memasuki masa ujian, banyak orang tua yang berpasrah pada Bunda Maria. Maka, setiap hari mereka berdoa di depan patung Bunda Maria dengan 10 lilin. Tetapi setelah ujian selesai, dan anaknya mendapat nilai bagus, mereka melupakan Sang Bunda.  Bunda Maria hanya  dikunjungi bila orang ingin naik pangkat, ingin mendapatkan jodoh, ingin lulus, ingin sembuh dari penyakit dan lainnya. Tetapi setelah doanya dikabulkan, Bunda Maria dilupakan. Patung Bunda Maria yang tadinya penuh dengan lilin, sekarang kosong. Ini yang disebut kepasrahan temporal.

Ø  Kepasrahan Total
Kata total berasal dari bahasa Latin “totus” yang berarti seluruhnya, utuh, tidak setengah-setengah. Ketika Yesus disalibkan, Dia bersabda “Ya Bapa, kedalam tangan Mu, Kuserahkan nyawaKU” (Luk 23:46)
Dalam hidup ini orang yang pasrah secara total akan secara penuh mempersembahkan diri kepada kehendak Tuhan. Imannya sudah mantap dan tidak tergantung pada orang lain. Ia percaya, bahwa Tuhan lah yang selalu menolong hidupnya.
Pasrah kepada kehendak dan rencana Tuhan bukanlah hal yang mudah, terlebih bila kehendak Tuhan dirasa tidak cocok dengan keinginan kita.  Kita sebagai manusia cenderung mencari keinginan kita sendiri. Maka menjadi berat bila kehendak Tuhan bertentangan dengan kehendak kita.
Berpasrah adalah sikap menerima kehendak Tuhan, mendahulukan kehendak Tuhan dalam hidup kita, juga bila kehendak itu berat. Berpasrah kepada Tuhan lebih pada menyerahkan seluruh hidup kita : pikiran, kehendak, niat, perbuatan, dan keadaan kita kepada Tuhahn sendiri. Dalam kepasrahan itu kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai hidup kita. maka jalan yang dipilih dalam mengatasi segala persoalan hidup adalah jalan Tuhan yang benar dan adil.
Maria adalah model kepasrahan hidup.  Akibat kepasrahan itu, Maria dapat selalu lebih tenang menghadapi persoalan  dan gejolak dalam hidup. Ia menjadi lebih tabah dalam penderitaan sehingga dapat membantu orang-orang lain yang sedang mengalami percobaan dan godaan hidup. (Ded’s)

Refleksi :
  1. Apakah aku mudah berpasrah kepada Tuhan ?
  2. Kepasrahan model apa?
  3. Apa yang biasa aku lakukan untuk lebih berpasrah seperti Bunda Maria ?
  4. Apakah devosi kepada Bunda Maria (novena, ziarah, Rosario) membantuku untuk meneladan kepasrahan Bunda Maria ? Jelaskan !

1 komentar: