Selasa, 04 Oktober 2011

MENGHAYATI DEVOSI YANG SEHAT





Doa Rosario yang telah hidup selama berabad-abad merupakan salah satu bentuk ‘devosi’ yang popular kepada Maria. Bersama Bunda Maria kita mengetuk pintu hati Tuhan agar Ia berkenan melimpahkan rahmatNya kepada kita. Kelihatannya doa ini sederhana, tetapi mampu mengetuk pintu hati Tuhan dan mendatangkan rahmat bagi pendoanya.
        Devosi berasal dari bahasa latin devotio (kata kerjanya devovere) yang berarti penyerahan diri, penghormatan, pengabdian. Devosi pertama-tama soal batin, soal hati yang mau menyerahkan diri kepada Tuhan, mau mengabdi-Nya dan menghormati-Nya melalui para kudus-Nya, seperti Bunda Maria.
Beberapa syarat devosi yang patut diperhatikan :
Pertama, Devosi hendaknya ditempatkan dalam keseluruhan iman Gereja yang benar. Praktik devosi yang begitu mengagungkan  Bunda Maria sampai-sampai menggeser Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus tentu bukan praktik devosi yang sehat. Ada orang yang begitu mantapnya berdoa kepada Bunda Maria, hingga sama sekali tidak menyebut nama Tuhan atau Allah. Doa kepada Maria seperti ini tentu kurang tepat, misalnya : “Ya Bunda Maria, engkaulah sumber segala rahmat, kabulkanlah doa kami. Engkaulah yang kudus dari yang terkudus, engkau tanpa doa, maka ampunilah dosa kami dan kasihanilah kami, para putera-puterimu ini.” Dari situ Maria sudah setara dengan Tuhan, karena ia disebut sumber segala rahmat, yang kudus dari yang terkudus, berkuasa untuk mengampuni dosa, dst. Penghormatan kita kepada para kudus, termasuk kepada Bunda Maria, harus dalam jalur iman Gereja yang benar, yakni sebagaimana diimani para rasul seperti tampak dalam kitab suci dan ajaran Gereja.
Kedua, Devosi hendaknya juga harus ditempatkan dalam liturgi gereja. Devosi bukan liturgi resmi. Devosi atau olah kebatinan tidak setara tingkatnya dengan liturgi, tetapi sangat dianjurkan karena  mempersiapkan dan membantu orang untuk dapat berliturgi dengan hati dan perasaannnya. Keunggulan devosi dibandingkan dengan liturgi  resmi adalah tekanannya pada segi afeksi yang menyentuh perasaan dan hati orang. Sementara itu rumusan doa devosi sederhana dan mudah. Lihat saja rosario. Praktis doa ini mengulang-ulang doa Bapa Kami, dan terutama Salam Maria. Tetapi banyak orang suka karena mudah, tetapi juga menyentuh perasaan. Namun , ada orang yang lebih mengutamakan devosi daripada liturgi. Misalnya saat misa kudus, orang berdoa rosario, lalu diteruskan litani, tanpa mau ikut berpartisipasi aktif dalam misa. Lalu, pada saat komuni ia maju menerima komuni. Nah, ini tidak tepat. Nilai misa kudus bagaimanapun juga lebih tinggi dari doa rosario.
Ketiga, Devosi harus dijauhkan dari sikap magis. Sikap magis ini tampak apabila orang begitu memutlakkan barangnya, tandanya, rumusan doanya, jumlah angkanya, kegiatan-kegiatan lain yang menyertainya, namun lalu malah menggeser Tuhan sebagai yang tidak pokok. Mestinya terkabulnya doa tergantung pada Tuhan saja. Tetapi, orang lebih meyakini bahwa doanya akan terkabul apabila ia mendoakan rumusannnya secara persis, dengan titik dan komanya, atau mendoakannya pada jam-jam tertentu atau pada tempat-tempat tertentu.
Keempat, Devosi harus dijauhkan dari mentalitas do ut des. Artinya aku memberi agar aku diberi atau mendapat sesuatu. Ini adalah mentalitas pamrih, mentalitas bisnis atau pedagang. Berpuasa, bertirakat, bermatiraga boleh dan baik. Menjadi tidak baik  apabila kita lakukan dengan motivasi utnuk memaksa Tuhan agar Tuhan seolah-olah berutang budi kepada kita. Atau Tuhan baru mau mengabulkan  doa permohonan kita apabila kita mau membayarnya dengan laku matiraga kita. Ini pandangan yang keliru. Laku matiraga itu baik dan perlu untuk kehidupan rohani kita, tetapi jangan dilakukan dengan semangat do ut des. Laku matiraga kita lakukan lebih untuk mendisiplinkan diri kita pada pengolahan diri dan hidup kita agar kita terbantu dan disiapkan untuk meyerahkan diri kepada Tuhan dan kehendakNya.
Bentuk devosi kepada Bunda Maria bermacam-macam. Ada novena, rosario, ziarah, doa di depan patung atau gambarnya. Marilah kita berdevosi kepada Bunda Maria namun dalam semangat devosi yang sehat dan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar